SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN DAN EKONOMI – MANAJEMEN BISNIS
INDONESIA
NAMA MATA KULIAH : MANAJEMEN OPERASIONAL
NAMA
DOSEN :
EKO YULIANTO, ST, MM
NAMA
MAHASISWA : YESENIA KRISTINE
IP
NIM :
15020050
PROGRAM : S1
SEMESTER : GANJIL (3 SKS)
Pembahasan/ Bahasan Pokok
Tentang:
Peran Manajemen Dalam Pelaksanaan
Produksi Operasional
- Pengertian Peran Manajemen Dalam Pelaksanaan Produksi Operasional
- Definisi Peran Manajemen Dalam Pelaksanaan Produksi Operasional
- Path Finding
- Aligning
- Empowerment
PERANAN MANAJEMEN DALAM PELAKSANAAN PRODUKSI OPERASIONAL
1.
Pengertian Peran Manajemen Dalam Pelaksanaan Produksi
Operasional
Era Manajemen Produksi sebenarnya berasal dari era Produksi,
dimana Produksi adalah penciptaan produk ( barang dan jasa), sedangkan era
Produksi scopenya terlalu sempit, sehingga pihak perusahaan melibatkan peran manajemen,
sehingga Produksi berubah menjadi Manajemen Produksi, dimana scope penciptaan
produk ( barang dan jasa akan lebih luas.
Manajemen adalah proses yang digunakan untuk mencapai
organisasional melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian orang dan sumber – sumber daya organisasional lainnya .
Manajemen melibatkan pemanfaatan sumber daya manusia dan
berbagai sumber daya lainnya (misalnya mesin) dengan cara yang paling baik guna
mencapai rencana dan tujuan perusahaan.Unsur manajemen adalah sangat penting
agar proses suatu organisasi berjalan mantap. Manajemen melibatkan semua faktor
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tertentu dari organisasi, seperti
manajemen diri,manajemen kepemimpinan, dsb. Ia sangat terikat pada fungsi-fungsi
manajemen kehidupan organisasi yang kompleks seperti fungsi pengambilan
keputusan dalam perencanaan, penganggaran dan pengendalian program termasuk
dalam penerapan model kepemimpinan.
Manajemen Produksi merupakan istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan semua aktivitas yang dilakukan Manajer untuk membantu
perusahaan mereka menghasilkan barang. Manajemen Operasi adalah area khusus
dalam Manajemen yang mengubah atau mentransformasi sumber menjadi barang dan
jasa.
Manajemen produksi dan operasi merupakan
kegiatan untuk mengatur dan mengkordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang
berupa sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta bahan,
secara efektif dan efisien, untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu
barang atau jasa. Dari uraian di atas, dapatlah dinyatakan bahwa manajemen
produksi dan operasi merupakan proses pencapaian dan pengutilisasian
sumber-sumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan barang-barang atau
jasa-jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasi. Sasaran dari organisasi itu antara lain adalah untuk mempeoleh
tingkat laba tertentu atau memaksimalisasi laba, memberikan pelayanan dengan
tingkat pelayanan yang baik, serta berupaya dan berusaha untuk menjamin eksistensi
dari organisasi tersebut.
Ada dua permasalahan yang penting dalam peningkatan
produktivitas, yaitu: pertama, produktivitas baru meningkat bila terdapat
peningkatan kondisi kerja dari kondisi yang kurang baik menjadi kondisi yang
lebih baik. Kedua, beberapa hasil peningkatan produktivitas tidak dapat
membantu organisasi secara keseluruhan, karena hasil tersebut hanya terkait
dengan perbaikan pada bidang tertentu saja, sedangkan bidang yang lainnya
mungkin tetap tidak terpengaruh.
Manajer produksi dan operasi dalam mengatur dan
mengkordinasikan penggunaan sumber-sumber daya, perlu membuat
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan,
agar barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan sesuai dan tepat dengan apa
yang diharapkan, yaitu tepat mutu (kualitas), tepat jumlah (kuantitas) dan
tepat waktu yang direncanakan, serta dengan biaya yang rendah.
1.
Definisi Peran Manajemen Dalam Pelaksanaan Produksi
Operasional
-
Definisi Manajemen Operasional
Yang dimaksud Operasi adalah suatu aktivitas dalam
mentransformasikan input – input menjadi output – output yang dapat menambah
nilai pada barang atau jasa. Jadi, Manajemen Operasional adalah area bisnis
yang berfokus pada proses produksi barang dan jasa, serta memastikan operasi bisnis
berlangsung secara efektif dan efisien. Seorang manajer operasi
bertanggung jawab mengelola proses pengubahan input (dalam
bentuk material, tenaga kerja, dan energi) menjadi output (dalam
bentuk barang dan jasa).
Menurut
(Anoraga, 2009) proses transformasi dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Alter (mengubah)
2. Transport
3. Store (penyimpangan)
4. Inspect (memeriksa)
Dalam melakukan keempat proses transformasi di atas tentunya
dibutuhkan peran dari manajer operasi yang dapat mengarahkan berbagai masukan (input)
agar dapat memproduksi berbagai keluaran (output) dengan jumlah yang sesuai
dengan permintaan konsumen, selain itu juga memperhatikan dan menanggapi
kekuatan-kekuatan dari lingkungan eksternal yang terus menerus berkembang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Manajemen Operasional:
Menurut Higgins (1994) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen
Operasional adalah:
a) Manajer/Pimpinan
b) Tingkah Laku Karyawan
c) Tingkah Laku Kelompok Kerja
d) Faktor Eksternal Organisasi
Fungsi Manajemen Operasional
- Fungsi Pemasaran
(marketingFunction), berhubungan dengan pasar untuk dapat menciptakan
permintaan dan pada akhirnya menyapampaikan produk yang dihasilkan
ke pasar.
-
Fungsi Keuangan (Finance Function),
mengelola berbagai urusan keuangan didalam perusahaan maupun perusahaan dengan
pihak luar perusahaan
- Fungsi Produksi (Operation Function), berkaitan
dengan menciptaan barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan
Tujuan Manajemen
Operasional
Tujuan Operasional adalah menunjukan
“produktivitas” yang diminta jika perusahaan itu hendak
mencapai keunggulan bersaing dipasar. Untuk mencapai tujuan melalui keputusan
structural dan teknis dalam tiga bidang: fasilitas, dukungan infrastruktur,
serta hubungan internal yang cepat.
- Definisi
Manajemen Produksi
Manajemen
Produksi yaitu kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan
menggunakan/koordinasi kegiatan orang lain. Organisasi yaitu alat untuk
mencapai tujuan dalam manajemen. Manajemen Produksi yaitu kegiatan untuk
mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya.
Dalam peningkatan produktivitas dijumpai 2 permasalahan
penting yaitu :
a.
Produktifitas akan meningkat apabila
terdapat perbaikan kondisi kerja.
b.
Beberapa peningkatan produktivits
tidak dapat membantu organisasi secara keseluruhan.
Pengertian produksi. Produksi diartikan sebagai suatu
kegiatan yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output).
Produksi dimaksudkan sebagai kegiatan pengolaha dalam pabrik, yang hasilnya
berupa barang konsumsi dan barang produksi.
Fungsi Manajemen Produksi
Empat
fungsi terpenting dalam fungsi produksi dan operasi adalah:
- Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk pengolahan masukan (inputs).
- Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
- Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam satu dasar waktu atau tertentu.
- Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan (inputs) pada kenyataannya dapat dilaksanakan.
Sistem Produksi dan Operasi
Yang dimaksud dengan sistem adalah merupakan suatu rangkaian
unsur-unsur yang saling terkait dan dan tergantung serta saling pengaruh-mempengaruhi
satu dengan yang lainnya, yang keseluruhannya merupakan suatu kesatuan bagi
pelaksanaan kegiatan bagi pencapaian suatu tujuan tertentu. Sedangkan yang
dimaksud dengan sistem produksi dan operasi adalah suatu keterkaitan
unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh dalam
pentransformasian masukan menjadi keluaran.
Roles Of Leader
1.
Path Finding (Perintis)
Fungsi perintisan dalam hal ini
adalah Bagaimana Anda mampu menciptakan dan mencetak pemimpin-pemimpin lain,
dan itu adalah Langkah Awal dalam sebuah Kepemimpinan. Anda dapat dengan
melakukan pendekatan secara personal dibandingkan secara struktural, karena
bagaimana pun juga pendekatan manusiawi jauh lebih mumpuni. Kedekatan
emosional berguna dalam proses pemberdayaan berkelanjutan, sehingga Karyawan
yang sebenarnya Mampu dalam Tugas dan Tanggung Jawab, namun terkendala dengan
sesuatu, akan tetap tegar ketika masalah datang, sehubungan sikap Anda yang
dekat kepada mereka. Fungsi Perintisan ini adalah Bagaimana Anda mampu menanamkan
Kepercayaan kepada masing-masing individu dalam Perusahaan, sehingga suatu
waktu terjadi Rotasi atau Mutasi Anda tidak perlu membawa serta Tim-tim
Pendukung, karena Anda akan mampu membangun kembali Tim Terbaik dari Sumber
Daya yang ada.
2.
Aligning (Penyelaras)
Fungsi Penyelarasan menunjukkan Anda menjadi penyeimbang
dalam sebuah komunikasi, koordinasi, mediasi dan segala hal yang terkait
dengan Organisasi. Anda sebagai pemimpin dapat diterima dengan alami, ketika
memberikan Coaching and Counseling, atau Anda dapat diteladani pada saat
memberikan Arahan dan ataupun Teguran. Karyawan yang melakukan Kesalahan
atau Kekeliruan tidak merasa dihakimi, bahkan merasa mendapatkan Perhatian
karena bertindak salah dan dibenarkan. Fungsi Penyelaras diperlukan Keseimbangan
antara Reward and Punish, Umpan Balik, Inputan dan Kritikan. Semua
Tim merasakan kehadiran Anda dalam keseharian mereka, dan Anda menciptakan
suasana Nyaman dan Kekeluargaan dalam ranah Profesional. Hubungan
Komunikasi tidak terhalang Struktur Organisasi, dan setiap Keterbukaan terjadi
karena Kedekatan Personal namun bersifat Profesional.
Tujuan
yang diharapkan dari alignment adalah terjadinya efek
sinergi dimana penggabungan dari komponen yang ada akan menghasilkan hal yang
jauh lebih besar daripada penjumlahan masing-masing individu. Aligment harus
diperlakukan sebagai sesuatu yang istimewa, antara lain top manajer harus
menjadi orang yang paling bertanggung jawab untuk menjamin terlaksananya
penyelarasan dalam organisasi.
Value
alignment atau keselarasan nilai antara
organisasi/perusahaan dan kandidat karyawan sangat dibutuhkan. Jadi value
alignment harus dijadikan sebagai prasyarat yang
didahulukan sebelum melihat capability alignment atau
keselarasan kemampuan.Value alignment dapat menghasilkan the right
person at the right place. Proses untuk menciptakan keselarasan strategis (strategic
alignment) pada suatu organisasi dimulai dari tataran tim eksekutif,
berikutnya adalah membentuk sinergi strategi dan kinerja melalui apa yang
disebut dengan proses penyelarasan vertikal (vertical alignment) dan penyelarasan
mendatar (horizontal alignment).
Kesuksesan
organisasi pada saat ini sangat tergantung pada kemampuan organisasi untuk
belajar dan merespon perubahan-perubahan yang terjadi dengan cepat. Disinilah
letak pentingnya organisasi pembelajar. Organisasi pembelajar adalah
pengembangan kapasitas organisasi untuk terus belajar, beradaptasi dan berubah
yang ditandai oleh: 1) suasana dimana anggota-anggotanya secara individu
terdorong untuk belajar dan mengembangkan potensi penuh mereka, 2) memperluas
budaya belajar sampai pada pelanggan, pemasok dan stakeholder lain,
3) menjadikan strategi pengembangan sumber daya manusia sebagai pusat kebijakan
bisnis, dan 4) berada dalam proses transformasi organisasi secara terus
menerus.
Proses Penyelerasan
Banyak
organisasi melakukan sinergi antar unit, tetapi dengan cara terpisah-pisah dan
tidak terkoordinasi. Organisasi tidak memperlakukan penyelarasan sebagai sebuah
proses manajemen. Ketika tidak seorangpun merasa bertanggung jawab untuk
penyelarasan dalam organisasi, maka kesempatan untuk menciptakan value melalui
sinergi akan hilang. Oleh sebab itu aligmentharus diperlakukan
sebagai sesuatu yang istimewa, antara lain top manajer harus menjadi orang yang
paling bertanggung jawab untuk menjamin terlaksananya penyelarasan dalam
organisasi. Adapun proses penyelarasan terdiri dari:
- Enterprise value proposition, yaitu organisasi merumuskan garis besar operasional impelementasi strategi untuk mempengaruhi dari level bawah sampai level atas organisasi.
- Board and shareholder alignment, yaitu pemilik dan direktur mereview, menyetujui, dan memonitor strategi organisasi.
- Corporate office to corporate support unit, yaitu strategi organisasi diwujudkan kedalam kebijakan organisasi yang akan diadministrasikan oleh unit-unit dalam organisasi
- Corporate office to business unit, yaitu prioritas organisasi disosialisasikan ke semua elemen dalam organisasi
- Business unit to support unit, yaitu prioritas strategi bisnis dari elemen- elemen dalam organisasi disosialisaikan ke elemen fungsional
- Business unit to customer, yaitu organisasi diwujudkan harapan konsumen dan meminta umpan balik dari mereka.
- Business support unit to suppliers and other external partners, yaitu organisasi mewujudkan semua kepentingan pihak di luar organisasi seperti, supplier dan sekutu organisasi
- Corporate support , yaitu organisasi pusat dan unit dibawahnya mendukung strategi organisasi.
3.
Empowerment (Pemberdaya)
Empowerment,
merupakan istilah yang cukup populer dalam bidang manajemen khususnya manajemen
Sumber Daya Manusia. Banyak penafsiran tentang empowerment. Dan
salah satu penafsiran yang dikenal oleh sebagian besar dari kita adalah empowermentsebagai
pendelegasian wewenang dari atasan kepada bawahan. Empowerment ,
yaitu upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh
masyarakat..Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya
diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi
sebagai pelaku atau aktor yang menentukan hidup mereka sendiri.
Secara umum pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses
sosial multi-dimensional yang membantu penduduk untuk mengawasi kehidupannya
sendiri. Pemberdayaan itu merupakan suatu proses yang memupuk kekuasaan (yaitu,
kemampuan mengimplementasikan) pada individu, untuk penggunaan bagi kehidupan
mereka sendiri, komunitas mereka, dengan berbuat mengenai norma - norma yang
mereka tentukan. (Page & Czuba, 1999:3).
Richard Carver, Managing Director dari Coverdale
Organization mendefinisikan empowerment sebagai mendorong dan
membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk
meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat
meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi. Empowerment memerlukan
penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan
sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk
melakukan perubahan.
Selain pengertian yang telah disampaikan oleh Richard
Carver, ada beberapa pengertian atau pemahaman lain tentang empowerment.
Namun semua definisi yang ada secara prinsip memiliki kesamaan yaitu bahwaempowerment mengandung
unsur-unsur sebagai berikut :
- Adanya pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab untuk membuat keputusan yang didukung oleh sumber daya yang memadai.
- Adanya kontrol atas pelimpahan kewenangan dari manajemen.
- Adanya penciptaan lingkungan agar pegawai dapat memanfaatkan kemampuan atau kompetensinya secara maksimum untuk mencapai sasaran organisasi.
Tujuan empowerment
Merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang
ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu
yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi
dengan mempergunakan daya.
Tujuan dari pemberdayaan atau empowerment adalah
untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang
mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah kemampuan yang terdiri
atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan
sumberdaya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.
Kunci efektif Empowerment
Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann
muncul karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”.
Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam
menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan
harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan
nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan
ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan
masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat
amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Selanjutnya Friedmann dalam Prijono dan Pranaka (1996)
menyatakan bahwa kekuatan aspek sosial ekonomi masyarakat menjadi akses
terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah tangga yaitu informasi,
pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi dalam organisasi dan sumber-sumber
keuangan, ada korelasi yang positif, bila ekonomi rumah tangga tersebut
meningkatkan aksesnya pada dasar-dasar produksi maka akan meningkat pula tujuan
yang dicapai peningkatan akses rumah tangga terhadap dasar-dasar kekayaan
produktif mereka.
Sumber :